Selasa, 10 Juni 2008

Pupuk organik, tak kalah gengsi maupun manfaatnya !

Dialam peradaban modern, para petani maju erlomba-lomba tampil bedasupaya tidak kelihatan ketinggalan jaman, termasuk dalam memanfaatkan teknologi pertanian seperti pupuk buatan, pestisida buatan dll. Teknologi pertanian modern menjadi pilihan utama, termasuk keyakina yang kadang-kadang menjadi berlebihan akan manfaat pupuk buatan maupun pestisida kimiawi (pabrik). Akibatnya secara tidak disadari para petani maju semakin tinggi ketergantungannya pada pupuk buatan dengan dosis penggunaan yang semakin tinggi pula.

Penggunaan pupuk buatan secara nasional selama 25 tahun terakhir meningkat lebih dari 16 % per tahun dan sebagian besar pupuk tersebut diserap sektor pertanian tanaman pangan sebesar 72 % dan palawija 13 % (Kompas, 22 Mei 1991, dalam artikel ‘Pupuk organik kembali naik daun’).

Sementara subsidi harga pupuk dari pemerintah semakin dikurangi seiring dengan naiknya harga pupuk buatan dari tahun ke tahun, menjadikan perhatian pemerintah maupun para petani pemakai akan efisiensi penggunaan pupuk buatan sebagai prioritas dengan diperkenalkannya urea tablet.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa kelebihan dalam penggunaan pupuk organik yaitu :
memperbaiki struktur tanah menjadi lebih genbur
menambah kandungan hara tamabahan (mikro)
makanan mikrobia yang dapat menyehatkan tanah
meningkatkan kemampuan tanah menjerap/mengikat lengas (air) tanah
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk buatan (an organik)
mudah didapat, murah
lebih berwawasan lingkungan dan membantu mengurangi polusi dan meningkatkan sanitasi lingkungan

Keyakinan dalam penerapan
Keyakinan akan ‘nilai tambah’ pupuk organik telah lama dibuktikan oleh Yayasan “Bina Sarana Bhakti’ 1996 dibawah pimpinan Pastor Agatho yang mencoba merintis penerapan pertanian organik/lestari/alami. Demikian pula LSM-LSM di belahan timur yakni Timor Timur seperti Yayasan Wiraswasta Tani dengan Pusat Pelatihan Wiraswasta Tani (PUSLAWITA) maupun P3M Raimate (Pusat Pelayanan dan Pengembangan Masyarakat) Yayasan ETADEP ( Ema Mata Dalan Ba Progresso) telah mencoba untuk konsisten hanya memakai pupuk organik dan menekan atau jika memungkinkan tidak memakai sama sekali pupuk buatan.
Hal ini didasari pemikiran dan tujuan jangka panjang untuk memerdekakan petani dari ketergantungan industri pupuik buatan, menekan penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) dalam pembuatan pupuk, pendistribusian dan yang lebih penting dengan penggunaan pupuk organik mampu menciptakan daur ulang pemanfaatn limbah baik berupa humus, kotoran ternak maupun manusia, serta mampu menggabungkan pertanian dan peternakan (pola wana tani/agroforestry). Dalam usaha peningkatan pendapatan petani dan pelestarian daya dukung lahan.

Jadi perlu dipahami dan dimengerti dengan hati bening dan pikiran jernih tanpa apriori bahwa penggunaan pupuk organik bukan berarti tidak mau mengikuti anjuran ‘pemerintah’, namun justru membantu pemerintah mengurangi pengeluaran devisa negara untuk subsidi pupuk buatan dan BBM dsb. Dan berdasar berbagai penelitian, pupuk organik mempunyai beberapa kelebihan dibanding pupuk buatan .
Pemakaian pupuk buatan terutama unsur hara Nitrogen (N) , Posphor (P), Kalium (K) mempunyai keterbatasan dalam tingkat efisiensi penyerapannya. Pupuk Nitrogen (N) tingkat efisiensi penyerapannya hanya 56 – 60 % karena sebagian terlindi (tercuci), terdenitrifikasi, dan menguaop,sehingga pemerintah menggalakkan pemakaian pupuk urea tablet untuk meningkatkan efisiensi penggunaannya. Efisiensi penyerapan pupuk Phospor (P) hanya sekitar 20 % dan sisanya dalam bentuk tidak tersedia, sedangkan pupuk Kalium (K) berkisar antara 50 – 75 % dan suisanya hilang karena pelindian aliran permukaan (run off) serta tersemat pada kisi lempung . Ternyata penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ketiga pupuk tersebut yang merupakan unsur utama yang dibutuhkan tanaman. Dan berdasar penelitian, dari ketiga jenis pupuk organik yakn I pupuk kandang, jerami, pupuk hijau, ternyata pupuk hijau memberikan hasil yang lebih baik dalam meningkatkan efisiensi penyerapan Phospor (P).

Penyadaran
Dalam menggalakkan kembali penggunaan pupuk organik memang tidak gampang, terutama bagi petani yang sudah terbiasa dengan pupuk buatan yang memang lebih mudah mendapatkan, lebih sedikit pemakaiannya, praktis, tidak kotor serta kelihatan lebih bergengsi. Karena sering ada image/citra bahwa memakai pupuk organik seolah identik dengan cap ‘tradisional, kolot’ dan kurang bergengsi. Padahal jika kita kaji lebih mendalam, penggunaan pupuk organik justru lebih bergengsi karena terutama kita ikut bertanggung jawab dalam gerakan pelestarian lingkungan sehingga daya dukung lahan tetap tinggi, berpartisipasi dalam mengurangi polusi karena semua limbah yang dapat terombak dikembalikan ke lahan sebagai pupuk serta membantu pemerintah menghemat pengeluaran devisa atas subsidi pupuk buatan, BBM untuk pembuatan dan distribusi dll.
Maka menjadi tugas kita bersama untuk melakukan penyadaran dalam gerakan ‘kembali ke alam’ dan lebih berwawasan lingkungan sehingga bumi benar-benar menjadi andalan mendukung kehidupan manusia,khususnya dalam penyediaan bahan pangan dan pasokan bahan mentah untuk berbagai jenis industri. Berbagai gerakan kampanye penyadaran akan pentingnya ‘pemanfaatan kembali’ pupuk organik perlu diupayakan sehingga kita tidak terjebak dalam pendewaan teknologi melainkan memanfaatkanteknologi untuk kepentingan manusia dan bukan sebaliknya. Semua pemakaian pupuk organik baik berupa kompos, pupuk kotoran hewan, pupuk hijau maupun humus semakin memasyarakat dan tak kalah gengsi maupun manfaatnya dibanding pupuk buatan.

Bulan Agustus (bulan pemerdekaan
Petani dari ketergantungan)

YBT Suryo KusumoPendamping petani lemah & kecil di Timor Timur

Tidak ada komentar: